Banyak pemilik bisnis lokal bermimpi brand-nya bisa tumbuh besar, dikenal luas, dan dipercaya pelanggan. Tapi sebelum bicara soal ekspansi dan viralitas, ada satu hal penting yang sering dilupakan: branding yang benar sejak awal. Branding bukan cuma soal logo atau warna, tapi tentang bagaimana bisnismu dikenali, diingat, dan dirasakan.
Sayangnya, banyak brand lokal yang terjebak pada kesalahan branding yang terlihat kecil—tapi efeknya besar dan berkepanjangan. Artikel ini akan membahas 5 kesalahan branding yang paling umum dilakukan pelaku usaha lokal, serta bagaimana cara menghindarinya.
Banyak pemilik bisnis lokal bermimpi brand-nya bisa tumbuh besar, dikenal luas, dan dipercaya pelanggan. Tapi sebelum bicara soal ekspansi dan viralitas, ada satu hal penting yang sering dilupakan: branding yang benar sejak awal. Branding bukan cuma soal logo atau warna, tapi tentang bagaimana bisnismu dikenali, diingat, dan dirasakan.
Sayangnya, banyak brand lokal yang terjebak pada kesalahan branding yang terlihat kecil—tapi efeknya besar dan berkepanjangan. Artikel ini akan membahas 5 kesalahan branding yang paling umum dilakukan pelaku usaha lokal, serta bagaimana cara menghindarinya.
1. Gonta-ganti Nama dan Identitas Brand
Mungkin kamu pernah lihat bisnis yang baru buka 3 bulan, lalu tiba-tiba ganti nama. Atau desain logonya terus berubah-ubah. Ini bikin pelanggan bingung, bahkan membuat brand kehilangan kredibilitas.
Solusi: Lakukan riset dan validasi nama brand sejak awal. Pilih nama yang mudah diingat, punya makna, dan bisa bertahan dalam jangka panjang. Bangun identitas visual yang konsisten—dari logo, warna, hingga tone komunikasi.
Baca juga: Membangun Personal Branding untuk Founder: Kunci Sukses Bisnis Modern
2. Meniru Brand Lain yang Sudah Terkenal
“Kalau mirip, pasti dianggap keren dan dipercaya juga,” begitu pikir sebagian pelaku usaha. Tapi kenyataannya, brand yang mirip justru kehilangan nilai pembeda. Alih-alih dipercaya, kamu malah terlihat tidak orisinal.
Solusi: Cari DNA brand sendiri. Apa yang membuat bisnismu beda? Mungkin dari cara pelayanan, nilai lokal, bahan baku, atau cerita di balik pendiriannya. Tonjolkan hal itu dalam visual dan storytelling.
3. Tidak Punya Cerita atau Visi yang Jelas
Orang tidak hanya membeli produk, mereka juga membeli nilai dan cerita di baliknya. Brand yang hanya fokus pada jualan cenderung cepat dilupakan.
Solusi: Bangun narasi brand sejak awal. Ceritakan “mengapa” kamu memulai bisnis ini. Apa misi dan tujuan jangka panjang? Cerita ini bisa jadi fondasi dalam semua materi pemasaran—baik online maupun offline.
Baca juga: Iklan di Kendaraan: Cara Cerdas Bawa Brand Anda Keliling Kota
4. Mengabaikan Desain Visual yang Profesional
Visual itu impresi pertama. Sayangnya, masih banyak UKM yang menganggap remeh desain logo, kemasan, hingga materi promosi. Akibatnya, brand jadi terlihat tidak siap, bahkan murahan.
Solusi: Investasikan waktu (dan jika memungkinkan, dana) untuk membangun desain yang rapi dan konsisten. Gunakan jasa desainer profesional atau agency lokal seperti Bonafide yang paham konteks pasar Indonesia.
5. Branding Hanya Fokus di Online, Lupa ke Dunia Nyata
Digital marketing memang penting, tapi banyak brand lokal yang lupa bahwa identitas brand juga harus kuat di ruang publik. Toko, kendaraan operasional, bahkan seragam tim bisa jadi media branding.
Solusi: Gabungkan strategi online dan offline. Gunakan media luar ruang seperti signage, neon box, hingga branding kendaraan. Ini bukan hanya memperluas exposure, tapi juga memperkuat kredibilitas bisnis kamu di mata konsumen.
Baca juga: Tips Penting Dalam Melakukan Desain Banner
Kesimpulan
Brand lokal punya potensi besar—asal dibangun dengan fondasi yang benar sejak awal. Hindari lima kesalahan branding di atas, dan mulai perkuat identitas brand kamu secara konsisten. Branding bukan proses instan, tapi jika dilakukan dengan tepat, ia akan menjadi aset paling berharga untuk pertumbuhan bisnismu.
Hubungi tim Bonafide sekarang dan mulai perjalanan branding bisnismu dengan langkah yang tepat!